Label

Minggu, 27 April 2014

Disneyland Paris, Petualangan Sehari di Negeri Fantasi


Paris, tak hanya Eiffel, Louvre, Notre-Dame, dan monumen-monumen klasik lainnya. Paris juga punya negeri fantasi abad modern ini, Disneyland! Simak petualangan sehari saya di taman hiburan yang disebut juga Eurodisney ini yah! :)

Saya mengunjungi Disneyland Paris sekitar setahun yang lalu di akhir musim dingin. Sebenarnya agak tak terencana sih, karena tiba-tiba saja saya ada rezeki sehingga bisa ikut teman-teman saya dari Belanda yang mau Paris Trip, yang tentu saja salah satu tujuannya Disneyland Paris. Buru-buru deh reservasi tiket TGVonline Angers-Paris PP. Hehe

Saya sendiri sangat antusias dengan isi Disneyland ini. Beberapa minggu sebelumnya, saya mendapat kuliah umum di kampus dari seorang perwakilan Disneyland USA. Beliau ini menceritakan kisah sukses Disneyland dan memberikan paparan menarik mengapa taman hiburan ini begitu menarik perhatian massa. Kemudian, saya juga ada mata kuliah tentang manajemen taman hiburan yang sering sekali membahas Disneyland, khususnya Disneyland Paris (maklum saya mahasiswa pariwisata). Anyway, berdasarkan kuliah saya ini, Disneyland Paris ternyata adalah 'tempat wisata yang paling banyak dikunjungi di Paris' loh! Mengalahkan Menara Eiffel, Louvre, dan lain-lain! Nah, saya jadi penasaran sama Disneyland, dan mumpung di Prancis juga ada satu. Hehe. Gak papa lah meski lagi cekak juga dananya. 

Disneyland Paris sendiri terletak di daerah pinggiran Paris bernama Marne-la-Vallée. Nah, karena berada di daerah pinggiran inilah, saya harus menggunakan kereta RER, yaitu kereta yang menghubungkan Paris dengan dareah-daerah di pinggirannya. Kalau Métro kan hanya di dalam kota Parisnya saja. So, untuk menuju ke Marne-la-Vallée, saya harus naik RER A dengan harga tiket sekitar 7,5 euro. Perjalanan dari Paris ke Marne-la-Vallée ditempuh sekitar 40 menit. Dan voilà! akhirnya sampai di Stasiun Marne-la-Vallée atau disebut juga Stasiun Disneyland dengan papan dan simbol Disneyland. Wuih keren! Keluar stasiun, langsung menemukan pintu gerbang masuk Disneyland! Sistemnya bagus yah, terkonfigurasi antara transportasi dan tempat wisatanya. Ceritanya sih, kereta yang menuju Marne-la-Vallée ini bak kereta dalam dunia dongeng yang membawa kita ke dunia fantasi yang menyenangkan.

Stasiun Marne-la-Vallée yang langsung terhubung dengan Disneyland. Lihat, bahkan arsitektur stasiunnya pun sudah bernuansa fantasi ala Disney. Sumber foto: www.disneylandparis-generations.com


Oleh karena saya datang pas hari libur, tidak heran jika antrian lumayan panjang terjadi untuk masuk ke Disneyland. Sampai di loket, saya membeli tiket masuk sekitar 50 euro yang berlaku untuk 2 taman, yaitu Disneyland dan Walt Disney Studios. Harga yang saya dapat adalah harga mahasiswa (berlaku juga bagi pemegang kartu ISIC). Untuk umum, harganya lebih mahal. Untunglah, masih mahasiwa :p.
Gerbang utama Disneyland Paris. Tuh, membludak kan.

Disneyland Paris tampak dari luar

Tiket masuk Disneyland. Yippiee!

Saya tertarik dengan kostum semua petugas di Disneyland ini. Ya, semuanya dari mba-mba tiket, mas-mas security, dan lain-lain memakai kostum ala Disney. Jadi, memang benar, tema dan sensasi Disneyland itu dibangun dari hal-hal yang kecil agar pengunjung benar-benar merasakannya. Oups, saya lupa saya membawa ransel yang cukup berat karena malamnya saya harus pulang ke Angers, Untungnya, ada tempat penitipan barang dengan hanya membayar beberapa euro saja, daripada pegel?

Saya pertama masuk untuk menjajal Disneyland Park. Disneyland Park Paris terdiri dari beberap taman yang masing-masing memiliki tema, sama seperti Disneyland di negara-negara lain. Ada Mainstreet USA yang bernuansa mini Amerika di abad 20 dengan berbagai macam toko-toko dan restoran, Adventureland yang diperuntukkan bagi wahana-wahana petualangan, Frontierland yang bernuansa western, Fantasyland yang akan membawa kita ke dunia dongeng ala Disney, dan Discoveryland yang bernuansa science fiction. Tidak ketinggalan pula, kastil Sleeping Beauty yang menjadi maskot Disneyland.

Dikarenakan jumlah pengunjung yang banyak, saya tak bisa mencoba semua wahana. Antriannya itu loh. Hehe. Saya mencoba wahana kereta tambang di Frontierland yang membawa saya naik turun gunung dengan kecepatan yang tinggi. Woaaah. Lumayan sekali untuk memacu adrenalin. Pemandangan yang disuguhkan pun sangat menarik. Keretanya pun benar-benar seperti kereta tambang. Tetapi lagi-lagi, untuk mencoba wahana ini saja saya harus antri panjang sekali.  Kemudian saya beralih mencoba wahana sejenis rumah hantu. Haha. Saya sudah ketakutan sekali sebelum masuk karena begitu seram kelihatannya dari luar. Ternyata, di dalam saya justru terkagum-kagum. Bagaimana tidak? Hantu-hantu yang ditampilkan diciptakan dengan teknologi laser yang benar-benar seperti asli. Seram, bisa menghilang separuhnya, tiba-tiba muncul, dan justru saya terkagum-kagum karena teknologi ini. Hehe.

Kemudian saya juga menaiki wahana kapal bajak laut yang benar-benar dibuat seperti aslinya dan mengajak saya berkeliling danau di Adventureland. Sebenarnya, tidak banyak wahana yang saya coba dan naiki karena memang saya sudah malas dengan antriannya. Apalagi untuk masuk di Fantasyland, bertemu para princess, Mickey Mouse, dan lain-lain. Huhu. Saya lebih tertarik mengamati dan menikmati pemandangan dan atraksi-atraksi yang ada. Sesekali menaiki kereta yang membawa saya mengelilingi Disneyland Park. Bahkan,dibuat loh stasiun-stasiun permberhentian untuk kereta ini. Wah, benar-benar seperti sebuah dunia tersendiri yah Disneyland ini.

Kafe-kafe berjajar di Mainstreet

Mainstreet

Masuk ke Frontierland!

Nuansa western di Frontierland

Naik kapal keliling danau

Wahana kereta tambang di Frontierland

Rumah hantu loh ini



Kereta ini siap membawa pengunjung keliling Disneyland

Yang selalu dinanti kehadirannya :)

Kereta ini akan membawa kita ke dunia Snow White


Oleh karena teman-teman saya keasikan melihat-lihat barang-barang lucu ala Disney di toko-toko souvenir, kami kehabisan waktu untuk ke Walt Disney Studio. Huhu. Ternyata tutup lebih awal dari Disneyland Park. Seharusnya kami masuk ke Walt Disney Studio dulu, baru ke Disneyland Park. Oh iya, ada parade dengan Mickey Mouse sebagai bintangya juga di Disneyland Park. Kehadiran Mickey seperti seorang raja yang begitu dinantikan rakyatnya (baca: para pengunjung) :p.

Kunjungan saya ke Disneyland Paris secara umum sangat menarik dan benar-benar membawa saya ke sebuah dunia fantasi. Coba saja suhu waktu itu agak lebih hangat dan pengunjungnya tidak terlalu membludak. Saya belum pernah ke Disneyland di negara lain, jadi saya tidak bisa membandingkan. Disneyland Paris sendiri tema dan nuansanya memang disesuaikan dengan negara Prancis jadi memang berbeda dari Disneyland yang lain. Wahana-wahana yang disuguhkan pun banyak dan menarik. Nah, oleh karena Disneyland Paris adalah satu-satunya di Eropa, maka pengunjungnya pun datang dari seluruh penjuru Eropa. Jadi, mesti ingat waktu jika ingin mencoba semua wahananya yah! Tertarik untuk mengunjungi dunia fantasi di tengah keromantisan dan nuansa klasik Kota Paris? See ya!






Minggu, 20 April 2014

Angers: When the Sun Shines in Winter :)

Pernahkah merasakan musim dingin dengan matahari yang bersinar cerah? Saya pernah :)


 Ya, suhu memang dingin sekali, tetapi langit begitu cerah seolah-olah ini musim semi atau menjelang musim panas. Saking terpesona dan senang karena jarang-jarang lihat matahari di musim dingin, saya mengambil beberapa foto di Angers, kota tempat tinggal saya sewaktu kuliah di Prancis. Enjoy yah!

Bianglala perayaan Pasar Natal 


Jejeran bangunan di pinggir jalan di pusat kota

Dari atas apartemen teman

Jardin du Mail, taman kota di samping kos an saya :). Seperti di negeri dongeng yah?

Sabtu, 19 April 2014

O'Jack Taxi Motor, Solusi Praktis Menjelajah Jogja

Ingin menjelajah Jogja secara praktis,mudah,  murah, dan efisien? Panggil saja O'Jack Taxi Motor!


Hai! Postingan kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya di Yogyakarta. Jadi bulan lalu, saya ada pelatihan selama sebulan di Kota Gudeg. Nah, berhubung saya selama sebulan selalu pindah-pindah tempat tinggal (maklum numpang :p), saya tidak selalu bisa mempergunakan moda transportasi umum seperti Trans Jogja atau yang lain untuk pulang pergi ke tempat pelatihan. Selain itu, rute Trans Jogja yang berputar-putar terkadang makan waktu juga. Kalau sudah begini kan yang paling praktis tinggal panggil abang-abang ojek. Hehe. Eits, tapi tunggu dulu, pendatang seperti saya terkadang tidak tahu tarif tukang ojek yang berlaku untuk suatu rute tertentu. Terkadang juga untuk mendapatkan harga yang pas, kita harus tawar-menawar alot dengan tukang ojek. Kalau lagi kepepet, terpaksa kita yang ngalah dan jadi mahal deh. Huhu. 

Nah, salah seorang teman memberi tahu saya bahwa di Jogja ada yang namanya ojek taxi motor. Wuih apaan tuh? Moda transportasi ini adalah ojek biasa tetapi menggunakan argo seperti taxi. So, ongkos yang harus kita bayar bila menggunakan ojek jenis ini berdasarkan argo yang ada.  Jadi, tidak ada tuh yang namanya tawar-menawar dan penipuan harga. Hehe. Yang paling terkenal dan menjadi pelopor tentu saja O'Jack Taxi Motor. 

O'Jack Taxi Motor memang yang pertama dan terbaik untuk taxi motor. Penasaran, saya mencoba menghubungi Call Center nya untuk memesan ojek dari Stasiun Lempuyangan menuju tempat pelatihan saya. Untuk memesan, kita bisa telpon langsung, sms, bahkan whatsapp atau BBM ke kantor O'Jack Taxi Motor. Nantinya, kantor akan menghubungi tukang ojek yang bersedia menjemput kita. Tak berapa lama kemudian, saya mendapat balasan 'ok'. Asik!

Nah, pas jam janjian saya dengan O'Jack Taxi Motor, ada SMS masuk ke saya bunyinya "Mbak, saya sudah di stasiun Lempuyangan". Ternyata itu dari tukang ojek yang disiapkan menjemput saya. Jangan khawatir tidak mengenali pengendara O'Jack Taxi Motor karena mereka berseragam khsusus serba kuning dengan motor dan helm kuning pula! Sampai di tempat pelatihan, ternyata ongkos yang harus saya bayar sekitar 6 ribu sekian! Jauh lebih murah dari tawaran tukang ojek biasa yang sebesar 15 rb. Ternyata, O'Jack Taxi Motor memberlakukan tarif sebesar Rp 2/meter. Kita pun diberi print argo dan harga yang harus kita bayar. Waaaah. 

Karena murah dan mudah inilah akhirnya saya jadi langganan O'Jack Taxi Motor selama sebulan di Jogja. Hehe. Untuk lebih mudah berkomunikasi dan hemat waktu, kita bisa langsung sms pengendara ojeknya loh. Minta saja nomornya untuk lebih mudah janjian sehinga tak terlalu lama menunggu. Katanya sih, kalaupun dia sedang tidak bisa menjemput, dia akan menghubungi pengendara lain yang kiranya bisa. 

Bagi yang tidak mau dengan pengendara ojek pria, O'Jack Taxi Motor menyediakan pula pengendara wanita loh! Waaaaah. Kabar gembira juga bagi saya. Saya pun kemudian beralih ke pengendara wanita dan menjadi langganannya. Hehe. 

O'Jack Taxi Motor bisa menjemput dimana saja dan mengantar kemana saja di Kota Jogja loh. Tinggal bilang saja lokasi kita dimana.  So, bersiaplah jelajahi semua tempat di Jogja ya karena ada yang siap anatr-jemput nih! See ya!

Kontak O'Jack Taxi Motor:

Telp/SMS : 083844070707 

Tarif: Rp 2/meter atau Rp 2.000/kilometer

sumber gambar: yogyatrip.com

Jumat, 18 April 2014

A Day in Semarang

Ingin menikmati perpaduan budaya Jawa, Tionghoa, dan juga Islam dan Arab dalam satu tempat ? Berkunjunglah ke Semarang !

Baru-baru ini saya berkunjung ke Semarang untuk sebuah urusan dan juga jalan-jalan. Ini adalah pertama kalinya saya ke Semarang loh, setelah 24 tahun menjadi warga Jawa Tengah. Hehe.  Alhamdulillah, salah satu teman lama jaman SMP masih ada di Semarang karena masih kuliah sehingga ada yang bisa ditumpangi dan ngajak keliling kota. J

Saya hanya punya satu hari untuk jalan-jalan di Semarang. Untunglah teman saya tersebut ada motor sehingga lebih bebas untuk jalan-jalan tanpa harus menunggu angkutan yang lama. Memang sih, transportasi publik di sebagian besar kota di Jawa Tengah itu agak kurang. By the way, tempat teman saya itu ada di daerah Gunungpati Unnes. Ternyata kawasan tersebut agak lumayan dari pusat kota dan merupakan daerah pegunungan. Jadilah saya dan teman saya ‘turun gunung’ menuju Semarang kota. Namun, Semarang sendiri memang konturnya ‘unik’.  Gabungan antara kontur pegunungan dan daerah pantai. 

Tujuan saya di Semarang untuk mengunjungi Masjid Agung yang biasa dijuluki Masjid Agung Jawa Tengah dan juga Klenteng Sam Poo Kong.. Menarik bukan menelusuri jejak masuknya Islam, serta budaya Arab dan Tionghoa di kota yang notabene ‘njawa’? Semarang memang kota yang multikultural. Letaknya yang strategis di Pantai Utara Jawa memang menjadi pintu gerbang sendiri bagi masuknya agama Islam, budaya Arab dan juga Tionghoa ke Nusantara pada zaman dulu.

Subhanallah! Itulah yang saya ucapkan ketika melihat megahnya Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid yang baru dibangun sejak tahun 2001 ini berdiri kokoh dengan teras yang luas disertai beberapa payung besar . Ketika menaiki anak tangga menuju ke teras Masjid, saya disambut dengan semacam gapura setengah lingkaran yang menjulang dihiasi potongan ayat-ayat suci di dinding atasnya. Katanya, arsitektur masjid ini meniru arsitektur masjid di Mekkah. 

Di komplek masjid terdapat menara yang menjulang tinggi yang dijuluki Menara Asmaul Husna karena tingginya 99 meter. Nah, oleh karena pengunjung boleh masuk dan naik ke menara tersebut untuk melihat pemandangan kota Semarang dari atas, saya pun tak ingin melewatkan kesempatan ini. Dengan hanya membayar tiket sebesar Rp 7000 untuk naik lift, saya diantar oleh petugas lift naik sampai lantai 19, atau puncak menara. Dari atas puncak menara, mata saya dimanjakkan dengan pemandangan kota Semarang dari berbagai sudut. Saya dapat melihat bukit-bukit atau kawasan Semarang atas, dan juga Pantai Utara Jawa. Masjid Agung dilihat dari atas pun begitu mempesona dan bercahaya

Setelah puas, saya menuju ke lantai 3 dan 2 menara yang diperuntukkan untuk museum sejarah masuknya Islam dan juga peninggalan-peninggalannya, termasuk pembangunan Masjid Agung. Menarik sekali bukan untuk menimba ilmu ?





Dari Masjid Agung saya beralih ke Klenteng Sam Poo Kong. Dahulunya, ini merupakan Gua Batu, bekas persinggahan Laksamana Cheng Ho, seorang admiral dari China yang beragama Islam dan sangat terkenal. Ketika Cheng Ho sedang berlayar, ia singgah di kota Pantai Utara Jawa ini karena ada seorang anak buahnya yang jatuh sakit. Kemudian Cheng Ho kembali melanjutkan pelayarannya, sedangkan beberapa anak buahnya memutuskan tinggal di Semarang dan menikah dengan penduduk setempat.   Lambat laun makin banyak warga Tionghoa yang berdatangan. Untuk mengenang Cheng Ho, kemudian dibuat patung Cheng Ho dan klenteng bernama Sam PooKong.

Kompleks Sam Poo Kong sekarang terdapat beberapa kuil yang masih digunakan untuk beribadah. Untuk masuk ke kompleks, saya harus membayar Rp. 3000 saja! Wow murah meriah bukan? Begitu masuk, nuansa khas Tionghoa menyapa saya dan seolah-olah saya sedang berada di somewhere in China! Untuk masuk ke dalam kuil, dikenakan biaya lagi Rp 20.000. Saya sih kebetulan tidak masuk karena lagi ngirit. Hehe. Nah, sebenarnya kalau mau modal dikit dan merasakan atmosfer Tionghoa, pengunjung bisa menyewa baju adat khas Tionghoa dan berfoto di kompleks kuil. Lumayan banget buat pamer foto ke teman-teman seolah-olah lagi diChina, padahal di Semarang. Hehe 



Nah, saya tak bisa berlama-lama jalan-jalan soalnya harus mengejar kereta ke Purwokerto. Sebuah kabar baik karena sekarang Semarang-Purwokerto PP bisa naik kereta! Ya, PT KAI membuka kereta ekonomi Kamandaka untuk rute tersebut. Dengan harga tiket Rp 70.000, Semarang-Purwokerto hanya 5 jam an saja ! See you again Semarang!