Ingin
menikmati perpaduan budaya Jawa, Tionghoa, dan juga Islam dan Arab dalam satu
tempat ? Berkunjunglah ke Semarang !
Baru-baru ini saya berkunjung ke Semarang untuk
sebuah urusan dan juga jalan-jalan. Ini adalah pertama kalinya saya ke Semarang
loh, setelah 24 tahun menjadi warga Jawa Tengah. Hehe. Alhamdulillah, salah satu teman lama jaman SMP
masih ada di Semarang karena masih kuliah sehingga ada yang bisa ditumpangi dan
ngajak keliling kota. J
Saya hanya punya satu hari untuk jalan-jalan di
Semarang. Untunglah teman
saya tersebut ada motor sehingga lebih bebas untuk jalan-jalan tanpa harus
menunggu angkutan yang lama. Memang sih, transportasi publik di sebagian besar
kota di Jawa Tengah itu agak kurang. By
the way, tempat teman saya itu ada di daerah Gunungpati Unnes. Ternyata
kawasan tersebut agak lumayan dari pusat kota dan merupakan daerah pegunungan.
Jadilah saya dan teman saya ‘turun gunung’ menuju Semarang kota. Namun,
Semarang sendiri memang konturnya ‘unik’.
Gabungan antara kontur pegunungan dan daerah pantai.
Tujuan saya di
Semarang untuk mengunjungi Masjid Agung yang biasa dijuluki Masjid Agung Jawa
Tengah dan juga Klenteng Sam Poo Kong.. Menarik bukan menelusuri jejak masuknya
Islam, serta budaya Arab dan Tionghoa di kota yang notabene ‘njawa’? Semarang
memang kota yang multikultural. Letaknya yang strategis di Pantai Utara Jawa
memang menjadi pintu gerbang sendiri bagi masuknya agama Islam, budaya Arab dan
juga Tionghoa ke Nusantara pada zaman dulu.
Subhanallah!
Itulah yang saya ucapkan ketika melihat megahnya Masjid Agung Jawa Tengah.
Masjid yang baru dibangun sejak tahun 2001 ini berdiri kokoh dengan teras yang
luas disertai beberapa payung besar . Ketika menaiki anak tangga menuju ke
teras Masjid, saya disambut dengan semacam gapura setengah lingkaran yang
menjulang dihiasi potongan ayat-ayat suci di dinding atasnya. Katanya,
arsitektur masjid ini meniru arsitektur masjid di Mekkah.
Di komplek masjid terdapat menara yang menjulang
tinggi yang dijuluki Menara Asmaul Husna karena tingginya 99 meter. Nah, oleh
karena pengunjung boleh masuk dan naik ke menara tersebut untuk melihat
pemandangan kota Semarang dari atas, saya pun tak ingin melewatkan kesempatan
ini. Dengan hanya membayar tiket sebesar Rp 7000 untuk naik lift, saya diantar
oleh petugas lift naik sampai lantai 19, atau puncak menara. Dari atas puncak menara,
mata saya dimanjakkan dengan pemandangan kota Semarang dari berbagai sudut. Saya
dapat melihat bukit-bukit atau kawasan Semarang atas, dan juga Pantai Utara
Jawa. Masjid Agung dilihat dari atas pun begitu mempesona dan bercahaya
Setelah puas, saya menuju ke lantai 3 dan 2 menara
yang diperuntukkan untuk museum sejarah masuknya Islam dan juga peninggalan-peninggalannya,
termasuk pembangunan Masjid Agung. Menarik sekali bukan untuk menimba
ilmu ?
![]() |
Dari Masjid
Agung saya beralih ke Klenteng Sam Poo Kong. Dahulunya, ini merupakan Gua Batu,
bekas persinggahan Laksamana Cheng Ho, seorang admiral dari China yang beragama
Islam dan sangat terkenal. Ketika Cheng Ho sedang berlayar, ia singgah di kota
Pantai Utara Jawa ini karena ada seorang anak buahnya yang jatuh sakit.
Kemudian Cheng Ho kembali melanjutkan pelayarannya, sedangkan beberapa anak
buahnya memutuskan tinggal di Semarang dan menikah dengan penduduk setempat. Lambat
laun makin banyak warga Tionghoa yang berdatangan. Untuk mengenang Cheng Ho,
kemudian dibuat patung Cheng Ho dan klenteng bernama Sam PooKong.
Kompleks Sam Poo
Kong sekarang terdapat beberapa kuil yang masih digunakan untuk beribadah.
Untuk masuk ke kompleks, saya harus membayar Rp. 3000 saja! Wow murah meriah
bukan? Begitu masuk, nuansa khas Tionghoa menyapa saya dan seolah-olah saya
sedang berada di somewhere in China! Untuk
masuk ke dalam kuil, dikenakan biaya lagi Rp 20.000. Saya sih kebetulan tidak
masuk karena lagi ngirit. Hehe. Nah, sebenarnya kalau mau modal dikit dan
merasakan atmosfer Tionghoa, pengunjung bisa menyewa baju adat khas Tionghoa
dan berfoto di kompleks kuil. Lumayan banget buat pamer foto ke teman-teman
seolah-olah lagi diChina, padahal di Semarang. Hehe
Nah, saya tak
bisa berlama-lama jalan-jalan soalnya harus mengejar kereta ke Purwokerto.
Sebuah kabar baik karena sekarang Semarang-Purwokerto PP bisa naik kereta! Ya,
PT KAI membuka kereta ekonomi Kamandaka untuk rute tersebut. Dengan harga tiket
Rp 70.000, Semarang-Purwokerto hanya 5 jam an saja ! See you again Semarang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar