Label

Senin, 29 September 2014

And, where am I? Beyond Expectation

Postingan kali ini lebih kepada sesi mencurahkan perasaan. Hehe. Sekarang, pagi di Yogyakarta membawa saya kepada nostalgia perjalanan yang telah saya lalui. Berbicara traveling dan jalan-jalan, dari dulu saya selalu berusaha mendapatkan gratisan dan selalu memanfaatkan kesempatan yang ada. Maklumlah, budget saya pas-pas an. Misalnya, berkunjung ke tempat saudara di luar kota yaudah sekalian saja berwisata menelusuri tempat-tempat menarik yang ada disana. Zaman mahasiswa, saya bisa pergi sampai ke kepulauan di perbatasan Indonesia-Timor Leste, berlayar berhari-hari di lautan Indonesia Timur, merasakan pantai dan pulau yang serasa milik pribadi, menelusuri keindahan alam bumi pertiwi yang tidak semua orang tahu, itu semua berkat kegiatan Kuliah Kerja Nyata dari kampus yang saya ikuti. Kebetulan sih, salah satu program kerjanya pengembangan potensi pariwisata. 

Berikutnya, saya alhamdulillah bisa menjelajah Eropa lagi-lagi berkat suatu kesempatan yang baik. Saya diterima untuk suatu program beasiswa di Prancis. Bukan tanpa perjuangan, beasiswa yang sebenarnya pas-pas an untuk hidup itu harus diirit banget agar bisa nabung untuk traveling. Hehe. Bahkan disana pun saya sempat-sempatnya ikut program wisata murah ala mahasiswa yang tentunya sangat murah dan sudah termasuk akomodasi. Hehe

Sedari kecil, saya adalah seorang yang berkeinginan menjelajah dunia, melihat dunia. Buku bacaan saya sewaktu kecil kisah penjelajahan samuderanya Columbus, Magelhaens, hingga penaklukan puncak Everest dan penjelajahan ke dunia es, kutub utara dan selatan. Gimana gak menimbulkan keinginan dan mimpi-mimpi? Saya sih bertekad saya harus keluar negeri dulunya. Padahal gak tahu juga gimana caranya. Hehe. Saya sangat senang membaca peta dunia dan membaca ensiklopedia mengenai tempat-tempat menarik di dunia. Mungkin tempat yang dulunya hanya saya lihat di buku sekarang sudah saya kunjungi.

Ya, bahkan lebih dari itu. Ketika saya menikmati gigitan musim dingin ala Eropa Timur, menelusuri kota seperti Praha dan Budapest yang sangat asing bagi saya dengan nuansa, orang dan bahasanya, berdiri tepat di bawah Menara Eiffel, melihat Samudra Altantik dari Prancis Barat, tersesat di desa-desa Prancis, menikmati simfoni Mozart di tengah romantisnya Vienna, hingga menjejakan kaki di Semenanjung Andalusia, Spanyol, menyaksikan kemegahan seni Islam di masa lampau, dan pengalaman-pengalaman menarik lainnya, saya selalu berkata pada diri saya sendiri, "aku sudah berada sejauh ini". Tak terasa, rumah begitu jauh disana, and where am I?

Bagi sebagian orang, para penjelajah dunia, traveler yang sudah bolak-balik kemana-mana, pengalaman saya hanyalah sebuah catatan kecil. Bagi saya, itu seperti mimpi masa kecil yang menjadi nyata. Sebagian dunia telah terjelajahi.  Seperti hal nya manusia lainnya, saya selalu ingin menambah daftar saya. Menambah pengalaman dan wawasan saya. Melihat keajaiban ciptaan Allah. Entah melalui cara apa nantinya. Semoga suatu kesempatan baik akan datang lagi. Dan selagi tempat dan waktu saya ada disini, mari menjelajah keindahan dan kearifan bumi pertiwi dari Sabang sampai Merauke. Dengan kemampuan yang ada, alhamdulillah kota-kota besar Jawa yang dulunya belum sempat kukunjungi sudah masuk daftar. Mengingat keterbatasan yang ada sekarang, tidak apalah menjelajah dari yang dekat dan ada disekitar dulu. Kadang yang dekat justru yang terlupakan. Bagi saya, traveler sejati itu yang selalu bersyukur, kalau dananya sedang seret yasudah jelajahi yang bisa saja, yang penting tetap jalan-jalan. Hehe. Sambil terus berusaha menyambut kesempatan baik. :)



Minggu, 31 Agustus 2014

Artikel Saumur di Harian Pikiran Rakyat

Yuhuuu. Alhamdulillah hari ini hari Minggu ceriaa. Artikel saya tentang Saumur dimuat di harian Pikiran Rakyat. Yap, beginilah penampkan artikel yang berjudul "Negeri Dongeng Ala Prancis" yang saya print screen dari epapernya.




Kereta cepat TGV meninggalkan Paris, melaju kencang ke arah barat, memasuki teritori Pays de la Loire. Sekitar 2 jam perjalanan, sampailah saya di sebuah kota kecil bernama Saumur. Suasana asri dan tenang menyambut begitu keluar stasiun. Di depan mata,  tampak lanskap kota mungil yang indah di tepian sungai dengan kastil cantik berdiri megah di ketinggian. Apakah saya sedang berada di negeri dongeng?
Lembah Sungai Loire di Prancis adalah  surga bagi para pencinta sejarah, seni budaya khas Prancis, dan juga para penikmat alam. Jauh dari hiruk pikuk Paris, mengunjungi kota-kota kecil di sepanjang lembah ini adalah suatu rekreasi yang patut dicoba ketika berada di Prancis. Salah satu yang menarik hati saya adalah Saumur, kota yang kerap dijadikan latar cerita novel-novel klasik Prancis yang pernah saya baca.
Berjalan kaki adalah pilihan yang menyenangkan bagi saya  dalam menjelajah kota mungil ini. Selain menikmati pemandangan yang ada, saya berkesempatan bertegur sapa atau hanya bertukar senyum kepada penduduk lokal yang kebetulan berpapasan di jalan. Di kota-kota kecil seperti ini, bisa dibilang lazim untuk menyapa meskipun tidak saling mengenal. Tujuan pertama saya di Saumur adalah Château de Saumur atau Kastil Saumur, kastil cantik yang sudah menggoda saya sejak turun dari kereta.
Berjalan melewati Sungai Loire yang membelah Saumur, sampailah saya  di pusat kota. Dari sana, saya mengikuti petunjuk arah untuk menuju Kastil Saumur diatas bukit kecil yang berada di tepian Sungai Loire. Rasa lelah terbayar ketika dari atas saya disajikan suatu panorama yang begitu memanjakan mata. Arsitektur bangunan kota yang berdinding putih dan beratap hitam berpadu apik dengan birunya langit, hijaunya pepohonan, dan kemilaunya Sungai Loire.
Kastil Raja-Raja Prancis
Kastil Saumur adalah salah satu dari rangkaian Châteaux de la Loire atau kastil-kastil lembah Sungai Loire. Rangkaian kastil Loire ini dibangun pada abad pertengahan hingga Renaisans sebagai kediaman raja-raja Prancis yang pada masa itu bermukim di wilayah lembah Sungai Loire. Sebagai kediaman raja, kastil-kastil Sungai Loire terkenal megah dan cantik sehingga sekarang menjadi warisan budaya Prancis yang penuh daya tarik. Termasuk Kastil Saumur tentunya.
Kastil Saumur memang bukanlah yang paling besar dan megah dari rangkaian kastil tersebut. Namun Kastil Saumur memiliki keunikan yang tidak dimiliki kastil-kastil lain. Selain arsitekturnya yang khas, letaknya yang berada di atas bukit kecil dan persis di tepian Sungai Loire yang  menawarkan suatu siluet dan pemandangan apik jika dilihat dari kejauhan. Lebih dramatis ketika momen terbit atau tenggelamnya matahari.
Memasuki kastil yang sekarang berfungsi sebagai museum ini, pengunjung dikenakan tarif untuk dewasa rata-rata 5€-9€, tergantung musimnya. Di dalam bangunan kastil, tersimpan rapi berbagai barang-barang peninggalan kerajaan Prancis zaman abad pertengahan hingga Renaisans, terutama dari wilayah kerajaan Anjou.
Puas berada di dalam, saya lantas mengagumi kastil ini dari luar. Sembari duduk-duduk santai di rerumputan, saya menikmati perpaduan pemandangan yang ada. Kastil cantik di depan, kemudian kota Saumur dan Sungai Loire di bawah. Hmm...rasa-rasanya kastil ini seperti milik sendiri karena saat itu hanya ada sedikit turis yang berkunjung.
Menurut brosur yang ada, pada musim panas, antara bulan Juli-Agustus, selalu diadakan pertunjukan teater dan drama khas Prancis di depan Kastil Saumur pada malam hari. Wah pasti sangat menakjubkan karena menggunakan lampu-lampu dan cahaya warna-warni. Menambah suasana negeri dongeng saja.
Kota Sarat Tradisi
Setiap kota di Prancis selalu memiliki pusat kota atau centre ville dalam bahasa lokal. Disinilah pusat keramaian serta berbagai aktivitas perdagangan terjadi. Kendaraan bermotor biasanya dilarang masuk agar warga bisa berjalan kaki dengan santai di pusat kota ini.
Memasuki pusat kota Saumur, deretan toko-toko kecil menyambut. Baik yang menjual barang-barang modern hingga yang tradisional. Mencari suvenir dan oleh-oleh pun bisa dilakukan disini. Saya selalu tertarik melihat toko-toko yang menjual produk-produk tradisional Prancis. Seperti di Saumur, ada toko-toko yang menjual berbagai produk kuliner asli daerah Saumur dan sekitarnya. Ada berbagai macam keju, cokelat, hingga wine asli Saumur.
Saumur dan sekitarnya memang dikenal sebagai salah satu penghasil wine Prancis. Hamparan perkebunan anggur juga terdapat disini. Menariknya, wisatawan dapat mengunjungi dan melihat langsung bagaimana perkebunan anggur ala Prancis itu. Jika saja saat itu sedang musim anggur, pasti saya akan mengunjunginya. Ya, hitung-hitung sebagai penambah wawasan akan budaya khas Prancis. Bagi para pencinta minuman anggur atau wine dan ingin mencicipinya langsung dari tempat pembuatannya, Saumur adalah tempat yang tepat. Kota kecil ini adalah pusat dari beberapa produsen dan merk wine ternama di Prancis dan dunia. Wisatawan dapat mengunjungi cave atau tempat penyimpanan anggur yang beberapa diantaranya terletak di dalam kota. Disini, wisatawan dapat pula menyaksikan proses pembuatan wine yang dilakukan dengan memadukan tradisi Prancis dan teknologi modern.
Selain gastronomi dan sejarah, Saumur juga menyimpan warisan budaya asli Prancis yang lain, yaitu seni dan olahraga berkuda. Militer Prancis pada zaman dulu dikenal dengan pasukan berkudanya yang sangat cakap. Nah, Saumur adalah pusat pembelajaran untuk seni dan olahraga berkuda sejak zaman kerajaan dulu hingga sekarang.  Seni berkuda Saumur ini dikenal sebagai le Cadre Noir. Wisatawan yang ingin mengetahui sejarah le Cadre Noir dan melihat langsung sekolah nasional berkuda Prancis dapat mengunjungi kompleks le Cadre Noir, tidak jauh dari pusat kota. Jika berkesempatan, rasakan sendiri sensasi belajar berkuda di sekolah yang sudah melegenda ini.
Setelah lelah berjalan-jalan seharian di Saumur, tidak ada yang lebih menyenangkan selain bersantai di tepian Sungai Loire, sungai terpanjang di Prancis. Sambil menyantap sandwich dari boulangerie (toko roti khas Prancis), saya menikmati suasana sore yang meneduhkan. Suatu relaksasi tersendiri sebelum pulang, meninggalkan “negeri dongeng” di lembah Sungai Loire....



Sabtu, 09 Agustus 2014

O'Jack Taxi Motor: Recommended!

Di postingan awal, saya sempat membahas mengenai O'jack Taxi Motor sebagai solusi praktis menjelajah Jogja. Nah, disini saya akan menambahkan lagi kesan dan pengalaman saya pribadi dalam menggunakan jasa ojek berargometer ini.

Jadi, hari Jumat kemarin saya ke Jogja lagi untuk ambil ijazah DALF di IFI Jogja. Seperti biasa, saya pesan O'Jack Taxi Motor untuk mengantar saya selama sehari di Jogja. Pertama, saya minta antar dari stasiun Lempuyangan ke IFI. Terus saya minta mas nya buat nungguin sebentar. Setelah urusan ambil ijasah selesai, saya minta antar ke Tamansari karena saya belum pernah kesana. Lumayan juga loh jarah dari IFI k Tamansari. Udah deg-deg an. Duh habis berapa yah? Jeng-jeng.....ternyata saya harus bayar 20 ribu saja, untuk perjalanan saya dari stasiun, ke IFI, ditungguin, sampai ke Tamansari! 

Karena sudah punya nomer Mas nya, sayapun minta mas nya buat jemput saya lagi di Tamansari buat ke Malioboro. Jeng-jeng...7 ribu saja! Kemudian, dari Maliobor sampai ke stasiun Lempuyangan, 8 ribu saja!

Murah kan? Inilah enaknya pakai argo jadi para tukang ojek tidak asal masang tarif. Karena murah inilah O'Jack Taxi Motor jadi laris manis. Akibatnya, kadang driver mereka penuh jadi mesti nunggu agak lama sampai ada yang bersedia jemput. Kaya kemarin, sewaktu saya sms mas nya ternyata dia lagi anter orang. Terus sms kantor pusatnya, berharap ada driver lain, ternyata driver penuh. Jadilah nunggu. Tips nya sih, kalau memang sudah pasti jam antar-jemputnya, mending janjian sama mas/mba ojeknya agar pas jam tersebut mereka available antar-jemput kita. Atau bagi yang belum punya nomor pribadi mas/mba ojek, alias lewat kantor pusat, pesanlah beberapa saat sebelumnya dengan mengindikasikan jamnya. Maksudnya biar gak dadakan untuk mengantisipasi driver penuh.

But anyway, O'Jack Taxi Motor di Jogja ini recommended banget lah! Pengemudinya juga ramah dan asyik. Kadang sepanjang perjalanan diselingi dengan cerita. Mau coba? 


Rabu, 06 Agustus 2014

Nostalgia Kereta Api Indonesia

Akhir-akhir ini  berbagai urusan membuat saya harus mondar-mandir kesana kemari, ke luar-luar kota lebih tepatnya. Sekalian jalan-jalan juga sih. Jadilah saya belakangan ini menjadi penumpang setia kereta api Indonesia dan keluar masuk stasiun di berbagai kota. Ya, sebagai seorang yang gampang mabok kalau naik kendaraan jalan raya, saya adalah penggemar kereta api dari zaman sistemnya masih amburadul hingga cukup bagus sekarang. Saya jadi ingin bernostalgia sedikit disini. 

Saya senang sekali dengan perkembangan dan kemajuan yang sudah dialami oleh kereta api Indonesia sekarang ini. Meski belum sepenuhnya bagus seperti kereta api luar negeri, sih. Ya, seiring berjalannya waktu lah. Saya ingat, dulu pernah naik kereta ekonomi harus berebut tempat duduk dengan yang lain. Saat itu, hanya kelas bisnis dan eksekutif saja yang tempat duduknya diatur. Jadi, ketika kereta sudah mau datang, kita sudah pada berderet di peron untuk berebut masuk ke dalam, berjibaku dengan orang segala usia dan bentuk badan. Kalau gak dapat tempat ya terpaksa berdiri. Kalau capek? Tinggal gelar koran dan tidur di lantai kereta.  Kayanya sih tidak ada pembatasan jumlah penumpang deh, asal muat aja. Saking penuhnya, bahkan ada yang duduk di toilet dan sambungan kereta. Bagi yang duduk pun sebenarnya gak nyaman juga karena lantai yang menjadi jarak antar tempat duduk semuanya diisi orang. Kalau kaya gini siap-siap susah untuk keluar. Seperti saya yang pernah gak sengaja dan yah, terpaksa, menginjak kaki dan tangan orang-orang yang pada tidur di lorong kereta sewaktu akan turun. Mau gimana lagi kan, bisa-bisa kereta keburu jalan. Hehe.

Kemudian di dalam kereta, banyak sekali penjual barang (pedaganga asongan) dan penjual jasa (pengamen, dll) hilir mudik menemani sepanjang perjalanan di kereta kelas ekonomi dan bisnis. Yang berdagang, dagangannya macam-macam, dari yang sekadar makanan sampai alat-alat 'unik' untuk keperluan rumah tangga. Alat buat kerokan badan juga ada loh. Haha. Sebenarnya ada untungnya juga sih ada pedagang karena bisa dengan mudah menemukan makanan dengan harga murah atau barang-barang lain. Namun gak enaknya adalah kadang para penjual kadang agak "maksa" dalam menjajakan dagangannya. Lagi enak-enak tidur, mata terpejam disuruh bangun untuk melihat dagangannya. Yaah, kasihan juga sih kadang, mungkin sedang kejar setoran. 

Kalau penjual jasa, yang paling saya ingat adalah sekelompok pengamen yang biasa disebut "wer-ewer". Kelompok ini kalau gak salah hanya ada di kereta ekonomi yang melalui daerah Purworejo an. Apa itu wer-ewer? Mereka adalah sekelompok pria yang berdandan wanita, yang kemudian mengamen di kereta dengan lagu yang khas dan lucu. Nah liriknya ada kata-kata "wer-ewer". Jadilah kelompok ini dinamakan "wer-ewer". Bagaimanapun, kehadiran mereka justru sangat dinanti jika kereta berhenti di stasiun di daerah Purworejoan. Haha. Hati-hati, kalau sengaja godain, bisa dicolek loh. Hihi. 

 Haha. Bagi yang tidak tahan dengan dinamika kereta kelas bisnis dan terutama ekonomi, silakan naik kereta eksekutif. Hehe. Saya sih sebagai orang dengan  low budget  jarang-jarang naik kelas eksekutif.

Yaaaaah, sekarang, yang begitu tinggal kenangan. Semua kereta sudah nyaman dan aman. Lebih baik memang. Bagaimanapun, kenyamanan penumpang adalah yang utama. Saya sih selalu berharap sistem kereta api di Indonesia akan canggih seperti di luar negeri. Namun kalau bisa, harga tiketnya jangan mahal-mahal amat. Hehe. Kalau kaya gini, wah bisa tiap minggu saya naik kereta entah kemana. 

Senin, 04 Agustus 2014

Artikel Alhambra di Harian Pikiran Rakyat

Alhamdulillah.....Artikel yang berjudul "Alhambra, Jejak Islam di Spanyol" akhirnya dimuat di Pikiran Rakyat edisi Minggu, 3 Agustus 2014. Ini adalah artikel kedua di media massa loh. Sebenarnya artikel ini sudah lama sekali saya kirim untuk rubrik Backpacker di harian tersebut, tetapi lama tak ada kabar dan tak kunjung dimuat. Sampai-sampai saya agak rombak lagi artikelnya, menghilangkan subyek "saya" biar gak terkesan pribai banget, terus saya kirim ke koran lain :p. Eh kemarin iseng-iseng ngecek ada artikel saya dimuat di Pikiran Rakyat, tetapi saya kurang jelas dia sebenarnya masuk rubrik yang mana. Haha. Yaudah lah ya yang penting dimuat dan dapat honor lagi :p. Ini screenshot artikel saya yang saya dapat dari e-papernya:




Karena tulisannya gak kebaca, bagi yang penasaran dengan isi artikelnya, saya tulis kembali disini yah. Tetapi  ini versi yang sudah agak saya rombak itu yang pakai sudut pandang orang ketiga. Habisnya yang asli kaya yang dimuat ini file nya udah ilang. hehe. Selamat membaca anyway!

Alhambra, Jejak Kejayaan Islam di Spanyol

Granada terletak di Andalusia, Spanyol Selatan. Kota cantik  di kaki pegunungan Siera Nevada ini terkenal dengan Alhambra, istana megah warisan peradaban Islam yang selama tujuh abad (711-1492) berjaya di Spanyol.

Sejarah yang Melegenda
Nilai historis   Alhambra berkaitan dengan kemajuan kerajaan Islam Granada di seluruh Spanyol.  Ya,  pemerintahan Islam di Spanyol pernah terbagi ke dalam beberapa negara kecil, termasuk Granada.  Kemudian antara tahun 1000-an hingga 1200-an, penguasa Kristen Spanyol mulai menaklukan satu persatu  kota-kota  pemerintahan Islam, termasuk dua kota penting Cordoba dan Sevilla. Granada  berhasil terhindar, dan akhirnya menjadi satu-satunya kerajaan Islam yang tersisa dan masih  bertahan di Spanyol.

Adalah Muhammad Al-Ahmar (Muhammad I)  yang kemudian mendirikan Dinasti Nasrid dan memerintah Emirat Granada.  Peradaban Islam yang maju di Spanyol mulai dibangun lagi di kota ini. Yang paling fenomenal tentu saja,  pembangunan Alhambra sebagai istana kerajaan sekaligus simbol kekuatan dan kejayaan Emirat Granada.  Alhambra terus dibangun dan disempurnakan selama beberapa periode kepemimpinan hingga istana ini menjadi benar-benar menakjubkan.

Selama 250 tahun Emirat Granada berhasil mempertahankan eksistensinya di Bumi Spanyol. Namun kemudian , takdir berkata lain. Kekisruhan dan pergolakan politik yang terjadi di dalam kerajaan berhasil dimanfaatkan oleh pihak Kristen Spanyol untuk melemahkan dan mengambil alih Granada. Akhirnya, Granada, benteng terakhir kekuasaan Islam di Spanyol runtuh pada tahun 1492. Istana Alhambra yang megah menjadi saksi penyerahan kekuasaan kepada pihak yang menang.  

Saat ini, Alhambra masih berdiri megah, sama seperti dulu di atas bukit Al-Sabika, Granada. Semenjak Kristen berkuasa kembali di Spanyol, beberapa modifikasi dan pendirian bangunan baru memang dilakukan di dalam Alhambra. Namun hal tersebut sama sekali tidak mengurangi nuansa islamis yang kental di istana yang sekarang menjadi ikon pariwisata Granada. Kemegahan dan nilai historis yang dimiliki Alhambra berhasil menarik turis dari seluruh dunia untuk datang ke Granada dan mengagumi istana ini.

Istana “Merah” yang Mempesona
Menuju Alhambra, para wisatawan dapat berjalan kaki naik ke atas bukit.  Sesampainya di pintu masuk, wisatawan harus membeli tiket seharga 14€ per orang. Nah, begitu masuk ke dalam kompleks, pemandangan cantik menyambut di depan mata. Tidak hanya istananya yang menawan, lanskap kota Granada dari atas bukit pun begitu mempesona.

Alhambra berarti “merah”, mengacu pada dinding-dindingnya yang berwarna coklat kemerahan. Warna inilah yang membuat Alhambra menjadi sangat cantik jika ditimpa sinar matahari yang terik. Alhambra terdiri dari beberapa bangunan dan kebun. Alcazaba, adalah sebuah benteng tua yang diyakini kontruksinya sudah ada sejak abad ke-9. Bangunan ini berfungsi sebagai benteng militer. Lalu ada Generalife, sebuah kebun yang berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi keluarga raja.  Kemudian The Palace of Carlos V, bangunan baru yang dibangun oleh penguasa Kristen. Yang paling menawan, tentu saja The Nasride Palace, atau istana kerajaan yang merupakan bangunan inti dari Alhambra.

The Nasride Palace terdiri dari beberapa bagian yang salah satunya bernama The Palace of the Lions. Melihat namanya yang terkesan sangar, tak disangka jika bagian ini  merupakan tempat khusus bagi para Harem, istri-istri Sultan. The Nasride Palace adalah pusat keindahan Alhambra. Bangunan seluruhnya dipenuhi dengan berbagai ornamen dan elemen dekorasi. Dinding-dinding dipernuhi oleh keramik-keramik yang sangat cantik. Banyak pula penggunaan mocarabe, semacam ornamen berbentuk stalaktit yang menjadi ciri arstitektur Islam pada abad ke-12. Kemudian yang paling impresif adalah banyaknya kaligrafi Arab yang menghiasi dinding-dinding di istana ini. Kaligrafi yang digunakan adalah kaligrafi klasik terutama tulisan kursif dan kufik. Ingin tahu apa yang banyak tertulis di kaligrafi tersebut? La ghaliba illa Allah (‘’Only Allah is Victorious’’). Sangat mengesankan.

Para wisatawan yang mengunjungi Alhambra dijamin akan berdecak kagum.  Semakin ditelusuri, akan semakin menambah  kekaguman dengan arsitektur Nasrid dan seni Islam. Imajinasi pun terkembang,  betapa majunya peradaban Islam di Spanyol saat itu. Nah, jika ingin sensasi dan nuansa yang lain, wisatawan pun dapat menikmati istana Alhambra di malam hari yang konon sangat indah.

 Pengunjung Granada datang dari berbagai kalangan, tidak hanya kaum Muslim saja. Ya, semuanya tentu ingin melihat langsung bukti dari sejarah yang melegenda. Sebagai UNESCO World Heritage Site, Alhambra memang menjadi tujuan wajib jika ingin menjelajah Spanyol.

Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Alhambra, Granada bisa ditempuh menggunakan kereta dari kota-kota besar seperti Barcelona atau Madrid. Biasanya, Granada dengan Alhambra-nya menjadi satu paket kunjungan dengan Cordoba. Ya, kedua kota yang menjadi tujuan wisata  sejarah Islam di Spanyol ini memang berdekatan. Selain dengan kereta, Granada-Cordoba juga dihubungkan dengan bus. Setelah mengagumi Alhambra, wisatawan juga patut berkeliling kota Granada. Nuansa kota yang berbeda membuat wisatawan akan menemukan sisi lain Spanyol. Bagi umat Muslim, jangan khawatir masalah makanan karena di Granada tersebar berbagai kedai makanan halal dengan harga yang bersahabat. Selamat berwisata!




Sabtu, 31 Mei 2014

Artikel Pariwisata di Harian Pikiran Rakyat

Yihaaa!! Alhamdulillah, akhirnya artikel jalan-jalan saya yang berjudul "Negeri Tirai Bambu di Semarang" berhasil dimuat di rubrik pariwisata di Harian Pikiran Rakyat. Ini adalah artikel jalan-jalan pertama saya yang dimuat loh.



Awalnya, saya baru mencoba menjadi travel writer, sangat tertarik menantang kemampuan saya dengan mengirimkan artikel ke berbagai surat kabar yang ada rubrik jalan-jalannya. Infonya sih ya googling, baca-baca blog orang yang sudah punya pengalaman sebelumnya. Saya kirim tiga artikel ke surat kabar yang berbeda. Satu minggu, dua minggu, tiga minggu...sampai lupa kayanya sudah sebulanan tak ada kabar dari ketiga artikel saya tersebut. Huhu. Mungkin editornya sibuk atau memang sedang banyak artikel yang bagus-bagus jadi mesti giliran. Yasudahlan,berdoa saja dan pasrah. Ternyata ketika sudah tak lagi terlalu memikirkan, eh malah datang deh waktunya. Seperti biasa saya ngecek epaper surat kabar yang saya kirimi artikel, dan voilà Pikiran Rakyat hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014 memuat artikel saya tentang Semarang. Wuaaaah senangnyaaa! Apalagi katanya sih dapat honor. Mudah-mudahan iya, soalnya saya tak diberi kabar sebelumnya kalau artikel saya dimuat. Hehe

.

Aniway, bagi yang ingin mengirimkan artikel jalan-jalannya ke rubrik pariwisata Pikiran Rakyat, bisa banget mencoba. Tuliskan saja artikel kamu yang orisinil, tentang berbagai tempat wisata menarik. Meski yang kamu datangi itu sudah umum dan banyak orang tahu, tapi toh pengalaman setiap orang berbeda-beda kan? Siapa tahu kamu punya sudut pandang yang berbeda. Seperti artikel saya tentang Semarang yang menceritakan Kuil Sam Poo Kong. Artikel ditulis sekitar 2 halaman A4, dikirim ke hiburan@pikiran-rakyat.com. Sertakan sekitar 5 foto terbaikmu yah! Selamat mencoba! :)


Sabtu, 17 Mei 2014

Menghemat Makan Saat Traveling di Luar Negeri

Sewaktu saya tinggal di Prancis, saya sering sekali traveling entah keliling Prancis atau ke negara-negara lain di Eropa. Sebagai mahasiswa yang beassiswanya pas-pas an, mau gak mau saya harus ngirit kalau sedang traveling jika tak mau bangkrut pas pulang. Nah, salah satu yang bisa diirit adalah makan. Kali ini, saya ingin menceritakan cara-cara yang  saya lakukan untuk berhemat dalam hal makan ketika traveling di Eropa. Biar ngirit, tetapi masih bisa kenyang, bertenaga, dan gak sampai kelaparan kok. Hehe.

1.  Fastfood setiap hari
Ketika Spain Trip bareng kedua teman, saya selama 3 harian makan KFC untuk makan siang dan malam. Kami ingin makan yang lumayan murah tetapi bisa kenyang. Caranya, kami beli paket ayam bucket yang sudah plus kentang dan minum. Menu seharga 12 Euro ini bisa dinikmati bertiga. Biar ngirit dan karena memang lumayan banyak juga, kami sisakan dan bungkus untuk makan malam. Kadang ditambah dengan membeli chicken fillet seharga 1 euroan saja. Lumayan loh, siang malam kenyang dengan harga yang lumayan murah. Bisa diaplikasikan ke menu-menu fastfood yang lain jika ada. Misalnya di Eropa banyak tuh kedai kebab. Satu menu kebab ini kan lumayan besar juga untuk satu orang, jadinya bisa tuh sepiring berdua. Kebanyakan makan fastfood saat traveling memang harus perbaikan gizi sih pulang-pulang. Hehe


2. Memaksimalkan sarapan sepuasnya di hotel
Saya pernah mengikuti trip ke Eropa Timur dengan travel agent khusus mahasiswa, yang terbilang lumayan murah. Paket trip ini termasuk menginap di hotel dan sarapan gratis di hotel tersebut. Sarapan yang berkonsep prasmanan dan sepuasnya itu tentu saja saya dan beberapa teman saya maksimalkan. Maksudnya dimaksimalkan adalah ketika sarapan kami juga membungkus beberapa telur rebus, roti-roti kecil, mentega, selai dengan tisu yang tersedia. Maksudnya bisa buat makan siang atau ngemil di tengah jalan. Jika Anda memakai paket trip yang seperti ini, bisa dicoba. Tetapi Jangan keterlaluan juga sih bungkusnya, hehe. Seperlunya saja kalau tidak mau diliatin orang :p

3. Beli makanan di supermarket atau minimarket
Ketika traveling, saya seringnya membeli makanan di supermarket atau minimarket yag lebih efektif dan efisien. Lengkap, murah, dan pilihannya beragam. Ada beragam makanan siap makan juga. Sekalian buat seharian atau besoknya. Selain itu, di makanan disini kan semuanya ditulis komposisinya, jadi bisa dicek kehalalannya. Karena seringya traveling bareng teman, saya biasanya membeli yang versi besar seperti roti tawar versi besar  atau air minum dan susu dalam botol besar. Membeli versi besar kalau buat bareng-bareng lebih irit karena harganya tidak jauh beda dengan versi individual. Nah, kalau di penginapan ada dapur atau kalau saya bawa magic com kecil yang bisa dibawa-bawa, biasanya saya masak. Tinggal beli bahan-bahan murah seperti pasta, beras, dan telur. Saya sih jarang banget beli makan dan minum di kafe atau restoran. Mahal. Hehe. Satu roti di kafe bisa dapat sebungkus besar di supermarket. Rasanya, enak kok, beneran. Kadang, di minimarket ada microwave yang bisa digunakan. Jadi, tinggal beli sandwich atau makanan pak-pak an, hangatkan deh di microwave. Bisa dimakan di bangku-bangku pinggir jalan atau taman.Makannya, begitu sampai tempat tujuan traveling saya pasti nyari minimarket terdekat buat ngisi perbekalan. :)

foto: franchisealimentaire.com

Nah, setiap orang pasti punya cara sendiri dalam menghemat saat traveling. Ada teman saya yang memang tidak bisa makan asal-asalan, mesti yang tertata dan terjamin enak. Nah, untungnya saya termasuk yang gak rewel dalam hal makanan jadi bisa diprogram untuk penghematan. 






Selasa, 13 Mei 2014

Tempe Mendoan, Kuliner Khas Purwokerto (Banyumas)

sumber gambar: makanankhasmu.blogspot.com

Empuknya tempe daun, dibalut gurihnya adonan tepung, lalu digoreng sebentar atau mendo (setengah matang) di dalam minyak panas...Sajikan hangat-hangat bersama pedasnya cabe rawit atau sambal kecap. Nyaam...sedapnyaaa.

Ya, itulah tempe mendoan. Kulier khas Purwokerto, Banyumas dan daerah-daerah di sekitarnya. Makanan yang satu ini pas disantap kapanpun, paling nikmat sih pas hujan-hujan sebagai penghangat. Wuiiih.

Sebagai orang Banyumas, saya adalah penggemar berat tempe mendoan. Dari kecil sampai sekarang tak bosan-bosan saya menyantap tempe mendoan baik yang dibikin di rumah maupun membeli di warung-warung mendoan. Kuliner ini memang sudah mendarah daging dengan kehidupan masyarakat Banyumas. Tak heran, bagi warga Banyumas yang merantau ke kota lain selalu rindu makanan ini.

Ya, tempe mendoan yang paling enak dan asli ya di Purwokerto (Banyumas) dan daerah sekitarnya. Bahan bakunya adalah tempe daun, yang jarang ditemukan di daerah-daerah lain. Tempe jenis ini dibuat dengan daun sebagai tempat fermentasinya, bukan plastik. Bentuknya tipis, tetapi empuk. Nah, untuk adonan tepungnya, dibuat dari campuran terigu dan tepung beras, ditambahkan daun bawang dan bumbu halus yang terdiri dari bawang putih, ketumbar, dan garam. 

Sekilas, membuat mendoan memang terlihat mudah jika dilihat dari bahan-bahannya. Namun, memasaknya membutuhkan teknik dan intuisi tersendiri agar benar-benar mendo dengan tekstur yang apik.  Ya, inilah yang membuat tempe mendoan memang paling enak dibuat oleh orang asli Banyumas.

Nah, bagi Anda yang berkunjung ke Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas, Anda wajib mencicipi tempe mendoan asli ini. Berbagai warung dan tempat makan menjajakan kuliner ini dengan harga yang murah. Ada satu tempat yang menjadi langganan para wisatawan, yaitu di pusat oleh-oleh di daerah Sawangan, Purwokerto. Disana, dijual mendoan yang sudah siap santap maupun yang belum diolah. Nah, bagi Anda yang berasal dari luar kota, paket mendoan yang belum diolah ini cocok untuk oleh-oleh atau jika ingin membuatnya sendiri di rumah. Paket ini terdiri dari berlembar-lembar tempe daun, tepung, dan sambal kecap. Jika Anda ingin membeli paket ini, Anda sebaiknya bertanya dahulu kepada penjual mengenai daya tahan tempenya. Kalau bisa sih minta tempe yang masih baru alias baru mulai fermentasi sehingga ketika Anda sampai di rumah, tempenya sudah siap olah. 

Mirasa, salah satu ruko di pusat oleh-oleh Sawangan.
sumber gambar: nusareborn.in

Mezquita dalam Foto

Anda pernah membaca novel karya Hanum Rais yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa? Pernah menonton filmnya? Pasti Anda sudah mengenal Mezquita, Masjid Agung Cordoba yang sekarang sudah menjadi Katedral. Mezquita ini menjadi saksi kejayaan Islam di Bumi Spanyol pada zaman dulu. 

Nah, melanjutkan postingan saya sebelumnya tentang cerita seru saya di Mezquita, kali saya ingin mengajak Anda "melihat" Mezquita yang sekarang sudah menjadi Katedral. Melalui foto-foto saya di bawah ini, silakan menelusuri sudut-sudut Mezquita yah :).

Tembok keliling Mezquita beserta menaranya

Ornamen-ornamen katedral menghiasi tembok

Teras Mezquita

Arsitektur bagian dalam Mezquita

Mihrab Mezquita yang sudah tidak difungsikan

Katedral di tengah Mezquita
Indahnya ukiran kaligrafi di Mihrab

Jumat, 09 Mei 2014

Ketika Adzan Berkumandang di Cordoba

Suasana malam di sekitar Mezquita Cathedral, Cordoba

Ini adalah cerita yang saya alami sendiri sewaktu Spain Trip musim panas 2013 lalu. Cordoba, memang menjadi tujuan saya. Nilai historisnya sebagai pusat peradaban Islam di Spanyol menarik perhatian saya dan kedua teman saya untuk mengunjunginya sendiri. Ikon Cordoba, Mezquita Cathedrale dulunya adalah Masjid Besar Cordoba sewaktu Islam berkuasa di Spanyol. Namun , sekarang sudah menjadi Katedral. 

Nah, malam-malam, ceritanya sepulang dari Granada, kami kelaparan.  Kami bertiga keliling-keliling sekitaran Mezquita sambil nyari makan. Namun karena memang sudah malam, sudah jarang tempat makan yang masih buka. Untungnya ada semacam kafe yang masih jual makanan. Kami pun kemudian makan ngemper di samping Mezquita. Sambil makan, sebenarnya saya agak membayangkan kalau zaman dulu, sewaktu Mezquita masih merupakan masjid, pastilah malam-malam begini ramai orang shalat Isya berjamaah, dzikir, tadarus Al-Qur'an, dan lain-lain. Tidak seperti malam itu, sepi. Nah ketika sedang asyik makan malam seadanya itu, tiba-tiba teman saya nyeletuk.

"Eh ada suara adzan. Lu denger gak?"

"Bukan kali. Masa iya ada?" (sebenarnya saya juga agak merasa dengar sayup-sayup gitu sih)

"Eh bentar. Eh iya beneran ada. Bukan halusinasi."

Ternyata setelah didengarkan memang ada adzan. Adzan Isya. Suaranya tidak jelas banget sih, tetapi terdengar. Sontak, teman saya langsung meninggalkan makanannya, keliling-keliling nyari asal suara adzan. Kayanya gak mungkin dari Mezquita deh. Kemudian dia langsung bertanya kepada mas-mas penjaga bar yang ada di deket Mezquita. Mas-mas bar gak tahu dari mana. Haha. Lucu juga dia bertanya kepada mas-mas bar. Kemudian ada seorang bapak yang memberi tahu kami bahwa adzan tersebut berasal dari Islamic Center yang ada tidak terlalu jauh dari Mezquita. Owalaaaah. Mereka pun memperhatikan tingkah kami yang tiba-tiba heboh sendiri dengar suara adzan. Ya iyalah, selama tinggal di Eropa baru kali ini kami dengar adzan yang emang lumayan agak jelas. Terharu loh.

Rindu pun kembali muncul saat itu. 

Mana Reservasinya? (Tragedi Eurail). Hiks..

Petugas pengecekan di dalam kereta adalah sosok yang diperlukan untuk memastikan semua penumpang memiliki tiket yang benar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sosok ini menjadi "horor" bagi mereka yang memang tidak mematuhi peraturan.

Saya adalah orang yang taat peraturan dan selalu memastikan semua yang saya lakukan sesuai, apalagi kalau akan naik kereta api. Tak pernah ada dalam bayangan saya akan berurusan dengan petugas kereta api apalagi di luar negeri. Ribet pastinya. Namun bayangan saya menjadi penumpang yang baik luntur ketika saya dan dua orang teman saya melakukan Spain Trip dengan kereta api. Begini ceritanya.

Saya dan dua orang teman saya adalah tiga mahasiswa Indonesia di Prancis yang ingin backpacking dengan budget seadanya menjelajah Spanyol. Untuk alasan efisiensi dan kemudahan, kami putuskan membeli Eurail Pass France-Spain. Bayar satu tiket diawal. Hanya dengan satu pass ini, kita tidak usah lagi membeli tiket kereta. Tinggal naik saja. Namun Eurail Pass ini tentunya mempunyai syarat dan ketentuan yang tertulis rapi di belakang pass kami. Ya, memang tidak usah bayar lagi tinggal naik, tetapi itu untuk kereta lokal, bukan high speed train. Untuk high speed train, harus reservasi dan ada biaya yang besarnya tergantung kebijakan perkeretaapian setiap negara. Inilah yang tidak kami perhatikan dan baca. Agaknya memang sudah ditakdirkan. Huhu. 

Dari Paris, enak-enak saja kami naik high speed train Prancis, TGV menuju Toulouse (Prancis Selatan) Ya, saya memilih jalur melalui kota ini dulu karena saya ada urusan ngasih titipan ke teman di stasiun. Padahal saat itu kereta sudah penuh. Kami berpikir, ah, gak papa naik dulu, kan kita udah punya tiket ini. Duduk aja dulu di deket pintu. Duh, pemikiran dari mana ini?? Kami pun duduk-duduk manis di bangku kecil dekat tempat menaruh tas dan pintu. Persis banget kaya di Indonesia ini, penumpang yang gak punya tiket. Kemudian, petugas pengecekan datang, dengan seragam khasnya, alat pengecekan, dan alat semacam kalkulator. Jeng..jeng. Dia menanyakan tiket kami. Kami menunjukkan Eurail Pass. Dia bertanya dimana bukti reservasinya. Kami bertanya memangya harus reservasi. Dia membalik Eurail Pass kami dan menunjukan satu kalimat yang membuat kami cengok. Mungkin dia berkata dalam hati, kalian ceroboh sekali tidak membaca ini.  Lalu dengan kalkulatornya, dia menghitung besarnya biaya yang harus kami bayar karena melakukan reservasi di dalam kereta, bukan di loket. Berapa puluh Euro melayang sudah....

Kami harus berganti kereta dengan jenis Intercité. Wah, pasti ini bukan high speed train. Langsung masuk saja. Seperti biasa, dia datang dengan seragam khasnya dan seperangkat alat pengecekan. Gayanya sok asik, berjalan girang, dan menyapa penumpang satu per satu. Tapi kok bagi kami auranya gak enak yah. Makin dekat, auranya makin gak enak. Sudah jelas gak enak ketika dia bilang, ah, mana reservasinya? Cengok untuk kedua kali. Kami minta penjelasan. Dia, dengan gaya cerianya mau menjelaskan kami tentang ketentuan Eurail. Kemudian setelah menerima puluhan Euro dari kami bertiga, masih dengan gaya girangnya, bahkan lebih girang lagi berkata "Selamat malam mingguan di Barcelona yah!". Hiks, dia tidak tahu akan makan apa kami disana. 

Selesai urusan di Toulouse yang sebenarnya berlangsung di peron dan cuma beberapa menit, saya naik kereta lagi kali ini untuk menuju wilayah perbatasan. Kali ini, high speed train TGV sebelum nanti berganti naik kereta Spanyol. Berkaca pada pengalaman dan tidak mau kehilangan Euro lagi, kami bertekad sebelum naik kami reservasi dulu di loket. Namun sungguh takdir tak mendukung. Loket penuh, kereta berangkat sebentar lagi. Kami disuruh naik secepatnya. Kali ini sudah pasrah. Pasrah banget. 

Kereta berjalan melewati tepi laut Mediterania. Indah sekali. Tetapi tiba-tiba jadi buram ketika dia datang. Dengan seragam khasnya dan seperangkat alat pengecekan. Kali ini kami tidak cengok. Kami siap dieksekusi. Kami pasrah, mengeluarkan dompet dan langsung memberinya puluhan Euro lagi........

Saking eneknya berurusan sama petugas pengecekan, kami bertiga tidak mau menghitung berapa biaya yang telah kami keluarkan untuk membayar denda. Terserah saja, bukan rejekinya. Memang salah kami juga.  Hehe. Usut punya usut, ternyata biaya reservasi untuk high speed train Prancis memang terkenal mahal, apalagi kalau onboard. Panteslah kami bangkrut. Untunglah di Spanyol tidak mahal, hanya 10 Euro saja.

Bagi yang ingin memakai Eurail, perhatikan benar masalah reservasi ini yah kalau tidak mau berurusan sama petugas pengecekan. Hehe. Ada kok beberapa negara yang tidak memberlakukan reservasi kalau tidak salah. Namun ada bisa menyiasati dengan menaiki kereta lokal supaya benar-benar gratis, meski durasi lebih lama.  Tetapi enak-enak saja kok bagi saya yang akhirnya pulang ke Prancis dengan kereta lokal dari Spanyol karena sudah tidak punya uang lagi. Haha




Indonesia yah?? :)

Ehem, kali ini saya tidak bercerita mengenai tempat-tempat seru yang saya kunjungi. Namun cerita saya kali ini juga seru dan sedikit gokil. Hehe. Suatu kejadian yang sering kali saya (dan mungkin traveler Indonesia lain) alami ketika sedang jalan-jalan ke luar negeri. Kejadian yang dimaksud adalah ketika tiba-tiba di suatu tempat di luar negeri kita berpapasan atau bertemu dengan sesama orang Indonesia pula. 

Sebenarnya tidak ada yang aneh dan biasa aja bertemu dengan sesama orang Indonesia ketika sedang traveling di luar negeri. Biasa ajaaa. Tapi yang unik itu adalah proses ketika momen itu terjadi dan berjalan yang gimana yaaah. Haha. Biar saya gak susah menjelaskan, saya berikan ilustrasi dari pengalaman saya sendiri.

Suatu sore di tengah kota Budapest
"Saya dan teman saya sedang berjalan kaki pulang dari Maket Hall menuju hotel. Di perjalanan, terlihat dua orang wanita muda berusia kira-kira sama seperi saya. Mereka berjalan berlawanan arah dengan kami. Sebenarnya sejak dari kejauhan, mereka sudah agak bisik-bisik sambil sesekali memperhatikan kami. Saya pun sebenarnya sudah punya pikiran sendiri, tetapi takut salah juga. Makin dekat, makin terjadi kontak mata. Tiba-tiba ketika sudah benar-benar dekat, salah seorang diantara mereka menyapa dengan senyum ceria meski agak sedikit ragu-ragu : Maaf, Indonesia yah? . Saya pun menjawab: Iya, Indonesia juga kan? 
Setelah itu, kemudian terjadi percakapan dari kenalan, basa-basi, dan lain-lain.

Nah, ngerti kan maksud saya? Hehe. Apalagi di tempat-tempat traveling yang gak terlalu tenar banget. Seperti di Angers,  kota tempat tinggal saya di Prancis dulu, dimana jarang nemu orang Indonesia. Pasti deh kalo lagi jalan tiba-tiba melihat sesosok muka-muka Melayu dengan gaya yang kira-kira orang Indonesia lah, langsung deh saling sapa tanpa basa ragu-ragu lagi. Gak pakai pemanasan langsung samber, "Indonesia yah?". Sampai-sampai dulu saya dan teman-teman menjadikan "Indonesia yah?" semacam jargon.

Entahlah, mungkin memang jiwa kesatuan kita sebagai satu Bangsa Indonesia memang kuat. Tak usahlah bertegur sapa, minimal senyum atau kontak mata pasti sering kita lakukan kan? Hehe. Saya sendiri sih senang bisa bertemu sesama orang Indonesia kalau lagi jalan-jalan di luar negeri. Seru juga merasakan sensasi bertanya-tanya sendiri, ragu, tapi akhirnya menyapa juga. Seringnya, pihak yang lain juga merasakan hal yang sama seperti kita.  Meski kita tidak saling kenal sebelumnya, tetapi pas ngrobrol nyambung aja. Dan dari sini sih saya mendapat wawasan lah sedikit-sedikit. Kan nambah kenalan jugaaa. Awkward moment yang jadi happy ending lah yaaah..:)

Minggu, 27 April 2014

Disneyland Paris, Petualangan Sehari di Negeri Fantasi


Paris, tak hanya Eiffel, Louvre, Notre-Dame, dan monumen-monumen klasik lainnya. Paris juga punya negeri fantasi abad modern ini, Disneyland! Simak petualangan sehari saya di taman hiburan yang disebut juga Eurodisney ini yah! :)

Saya mengunjungi Disneyland Paris sekitar setahun yang lalu di akhir musim dingin. Sebenarnya agak tak terencana sih, karena tiba-tiba saja saya ada rezeki sehingga bisa ikut teman-teman saya dari Belanda yang mau Paris Trip, yang tentu saja salah satu tujuannya Disneyland Paris. Buru-buru deh reservasi tiket TGVonline Angers-Paris PP. Hehe

Saya sendiri sangat antusias dengan isi Disneyland ini. Beberapa minggu sebelumnya, saya mendapat kuliah umum di kampus dari seorang perwakilan Disneyland USA. Beliau ini menceritakan kisah sukses Disneyland dan memberikan paparan menarik mengapa taman hiburan ini begitu menarik perhatian massa. Kemudian, saya juga ada mata kuliah tentang manajemen taman hiburan yang sering sekali membahas Disneyland, khususnya Disneyland Paris (maklum saya mahasiswa pariwisata). Anyway, berdasarkan kuliah saya ini, Disneyland Paris ternyata adalah 'tempat wisata yang paling banyak dikunjungi di Paris' loh! Mengalahkan Menara Eiffel, Louvre, dan lain-lain! Nah, saya jadi penasaran sama Disneyland, dan mumpung di Prancis juga ada satu. Hehe. Gak papa lah meski lagi cekak juga dananya. 

Disneyland Paris sendiri terletak di daerah pinggiran Paris bernama Marne-la-Vallée. Nah, karena berada di daerah pinggiran inilah, saya harus menggunakan kereta RER, yaitu kereta yang menghubungkan Paris dengan dareah-daerah di pinggirannya. Kalau Métro kan hanya di dalam kota Parisnya saja. So, untuk menuju ke Marne-la-Vallée, saya harus naik RER A dengan harga tiket sekitar 7,5 euro. Perjalanan dari Paris ke Marne-la-Vallée ditempuh sekitar 40 menit. Dan voilà! akhirnya sampai di Stasiun Marne-la-Vallée atau disebut juga Stasiun Disneyland dengan papan dan simbol Disneyland. Wuih keren! Keluar stasiun, langsung menemukan pintu gerbang masuk Disneyland! Sistemnya bagus yah, terkonfigurasi antara transportasi dan tempat wisatanya. Ceritanya sih, kereta yang menuju Marne-la-Vallée ini bak kereta dalam dunia dongeng yang membawa kita ke dunia fantasi yang menyenangkan.

Stasiun Marne-la-Vallée yang langsung terhubung dengan Disneyland. Lihat, bahkan arsitektur stasiunnya pun sudah bernuansa fantasi ala Disney. Sumber foto: www.disneylandparis-generations.com


Oleh karena saya datang pas hari libur, tidak heran jika antrian lumayan panjang terjadi untuk masuk ke Disneyland. Sampai di loket, saya membeli tiket masuk sekitar 50 euro yang berlaku untuk 2 taman, yaitu Disneyland dan Walt Disney Studios. Harga yang saya dapat adalah harga mahasiswa (berlaku juga bagi pemegang kartu ISIC). Untuk umum, harganya lebih mahal. Untunglah, masih mahasiwa :p.
Gerbang utama Disneyland Paris. Tuh, membludak kan.

Disneyland Paris tampak dari luar

Tiket masuk Disneyland. Yippiee!

Saya tertarik dengan kostum semua petugas di Disneyland ini. Ya, semuanya dari mba-mba tiket, mas-mas security, dan lain-lain memakai kostum ala Disney. Jadi, memang benar, tema dan sensasi Disneyland itu dibangun dari hal-hal yang kecil agar pengunjung benar-benar merasakannya. Oups, saya lupa saya membawa ransel yang cukup berat karena malamnya saya harus pulang ke Angers, Untungnya, ada tempat penitipan barang dengan hanya membayar beberapa euro saja, daripada pegel?

Saya pertama masuk untuk menjajal Disneyland Park. Disneyland Park Paris terdiri dari beberap taman yang masing-masing memiliki tema, sama seperti Disneyland di negara-negara lain. Ada Mainstreet USA yang bernuansa mini Amerika di abad 20 dengan berbagai macam toko-toko dan restoran, Adventureland yang diperuntukkan bagi wahana-wahana petualangan, Frontierland yang bernuansa western, Fantasyland yang akan membawa kita ke dunia dongeng ala Disney, dan Discoveryland yang bernuansa science fiction. Tidak ketinggalan pula, kastil Sleeping Beauty yang menjadi maskot Disneyland.

Dikarenakan jumlah pengunjung yang banyak, saya tak bisa mencoba semua wahana. Antriannya itu loh. Hehe. Saya mencoba wahana kereta tambang di Frontierland yang membawa saya naik turun gunung dengan kecepatan yang tinggi. Woaaah. Lumayan sekali untuk memacu adrenalin. Pemandangan yang disuguhkan pun sangat menarik. Keretanya pun benar-benar seperti kereta tambang. Tetapi lagi-lagi, untuk mencoba wahana ini saja saya harus antri panjang sekali.  Kemudian saya beralih mencoba wahana sejenis rumah hantu. Haha. Saya sudah ketakutan sekali sebelum masuk karena begitu seram kelihatannya dari luar. Ternyata, di dalam saya justru terkagum-kagum. Bagaimana tidak? Hantu-hantu yang ditampilkan diciptakan dengan teknologi laser yang benar-benar seperti asli. Seram, bisa menghilang separuhnya, tiba-tiba muncul, dan justru saya terkagum-kagum karena teknologi ini. Hehe.

Kemudian saya juga menaiki wahana kapal bajak laut yang benar-benar dibuat seperti aslinya dan mengajak saya berkeliling danau di Adventureland. Sebenarnya, tidak banyak wahana yang saya coba dan naiki karena memang saya sudah malas dengan antriannya. Apalagi untuk masuk di Fantasyland, bertemu para princess, Mickey Mouse, dan lain-lain. Huhu. Saya lebih tertarik mengamati dan menikmati pemandangan dan atraksi-atraksi yang ada. Sesekali menaiki kereta yang membawa saya mengelilingi Disneyland Park. Bahkan,dibuat loh stasiun-stasiun permberhentian untuk kereta ini. Wah, benar-benar seperti sebuah dunia tersendiri yah Disneyland ini.

Kafe-kafe berjajar di Mainstreet

Mainstreet

Masuk ke Frontierland!

Nuansa western di Frontierland

Naik kapal keliling danau

Wahana kereta tambang di Frontierland

Rumah hantu loh ini



Kereta ini siap membawa pengunjung keliling Disneyland

Yang selalu dinanti kehadirannya :)

Kereta ini akan membawa kita ke dunia Snow White


Oleh karena teman-teman saya keasikan melihat-lihat barang-barang lucu ala Disney di toko-toko souvenir, kami kehabisan waktu untuk ke Walt Disney Studio. Huhu. Ternyata tutup lebih awal dari Disneyland Park. Seharusnya kami masuk ke Walt Disney Studio dulu, baru ke Disneyland Park. Oh iya, ada parade dengan Mickey Mouse sebagai bintangya juga di Disneyland Park. Kehadiran Mickey seperti seorang raja yang begitu dinantikan rakyatnya (baca: para pengunjung) :p.

Kunjungan saya ke Disneyland Paris secara umum sangat menarik dan benar-benar membawa saya ke sebuah dunia fantasi. Coba saja suhu waktu itu agak lebih hangat dan pengunjungnya tidak terlalu membludak. Saya belum pernah ke Disneyland di negara lain, jadi saya tidak bisa membandingkan. Disneyland Paris sendiri tema dan nuansanya memang disesuaikan dengan negara Prancis jadi memang berbeda dari Disneyland yang lain. Wahana-wahana yang disuguhkan pun banyak dan menarik. Nah, oleh karena Disneyland Paris adalah satu-satunya di Eropa, maka pengunjungnya pun datang dari seluruh penjuru Eropa. Jadi, mesti ingat waktu jika ingin mencoba semua wahananya yah! Tertarik untuk mengunjungi dunia fantasi di tengah keromantisan dan nuansa klasik Kota Paris? See ya!






Minggu, 20 April 2014

Angers: When the Sun Shines in Winter :)

Pernahkah merasakan musim dingin dengan matahari yang bersinar cerah? Saya pernah :)


 Ya, suhu memang dingin sekali, tetapi langit begitu cerah seolah-olah ini musim semi atau menjelang musim panas. Saking terpesona dan senang karena jarang-jarang lihat matahari di musim dingin, saya mengambil beberapa foto di Angers, kota tempat tinggal saya sewaktu kuliah di Prancis. Enjoy yah!

Bianglala perayaan Pasar Natal 


Jejeran bangunan di pinggir jalan di pusat kota

Dari atas apartemen teman

Jardin du Mail, taman kota di samping kos an saya :). Seperti di negeri dongeng yah?

Sabtu, 19 April 2014

O'Jack Taxi Motor, Solusi Praktis Menjelajah Jogja

Ingin menjelajah Jogja secara praktis,mudah,  murah, dan efisien? Panggil saja O'Jack Taxi Motor!


Hai! Postingan kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya di Yogyakarta. Jadi bulan lalu, saya ada pelatihan selama sebulan di Kota Gudeg. Nah, berhubung saya selama sebulan selalu pindah-pindah tempat tinggal (maklum numpang :p), saya tidak selalu bisa mempergunakan moda transportasi umum seperti Trans Jogja atau yang lain untuk pulang pergi ke tempat pelatihan. Selain itu, rute Trans Jogja yang berputar-putar terkadang makan waktu juga. Kalau sudah begini kan yang paling praktis tinggal panggil abang-abang ojek. Hehe. Eits, tapi tunggu dulu, pendatang seperti saya terkadang tidak tahu tarif tukang ojek yang berlaku untuk suatu rute tertentu. Terkadang juga untuk mendapatkan harga yang pas, kita harus tawar-menawar alot dengan tukang ojek. Kalau lagi kepepet, terpaksa kita yang ngalah dan jadi mahal deh. Huhu. 

Nah, salah seorang teman memberi tahu saya bahwa di Jogja ada yang namanya ojek taxi motor. Wuih apaan tuh? Moda transportasi ini adalah ojek biasa tetapi menggunakan argo seperti taxi. So, ongkos yang harus kita bayar bila menggunakan ojek jenis ini berdasarkan argo yang ada.  Jadi, tidak ada tuh yang namanya tawar-menawar dan penipuan harga. Hehe. Yang paling terkenal dan menjadi pelopor tentu saja O'Jack Taxi Motor. 

O'Jack Taxi Motor memang yang pertama dan terbaik untuk taxi motor. Penasaran, saya mencoba menghubungi Call Center nya untuk memesan ojek dari Stasiun Lempuyangan menuju tempat pelatihan saya. Untuk memesan, kita bisa telpon langsung, sms, bahkan whatsapp atau BBM ke kantor O'Jack Taxi Motor. Nantinya, kantor akan menghubungi tukang ojek yang bersedia menjemput kita. Tak berapa lama kemudian, saya mendapat balasan 'ok'. Asik!

Nah, pas jam janjian saya dengan O'Jack Taxi Motor, ada SMS masuk ke saya bunyinya "Mbak, saya sudah di stasiun Lempuyangan". Ternyata itu dari tukang ojek yang disiapkan menjemput saya. Jangan khawatir tidak mengenali pengendara O'Jack Taxi Motor karena mereka berseragam khsusus serba kuning dengan motor dan helm kuning pula! Sampai di tempat pelatihan, ternyata ongkos yang harus saya bayar sekitar 6 ribu sekian! Jauh lebih murah dari tawaran tukang ojek biasa yang sebesar 15 rb. Ternyata, O'Jack Taxi Motor memberlakukan tarif sebesar Rp 2/meter. Kita pun diberi print argo dan harga yang harus kita bayar. Waaaah. 

Karena murah dan mudah inilah akhirnya saya jadi langganan O'Jack Taxi Motor selama sebulan di Jogja. Hehe. Untuk lebih mudah berkomunikasi dan hemat waktu, kita bisa langsung sms pengendara ojeknya loh. Minta saja nomornya untuk lebih mudah janjian sehinga tak terlalu lama menunggu. Katanya sih, kalaupun dia sedang tidak bisa menjemput, dia akan menghubungi pengendara lain yang kiranya bisa. 

Bagi yang tidak mau dengan pengendara ojek pria, O'Jack Taxi Motor menyediakan pula pengendara wanita loh! Waaaaah. Kabar gembira juga bagi saya. Saya pun kemudian beralih ke pengendara wanita dan menjadi langganannya. Hehe. 

O'Jack Taxi Motor bisa menjemput dimana saja dan mengantar kemana saja di Kota Jogja loh. Tinggal bilang saja lokasi kita dimana.  So, bersiaplah jelajahi semua tempat di Jogja ya karena ada yang siap anatr-jemput nih! See ya!

Kontak O'Jack Taxi Motor:

Telp/SMS : 083844070707 

Tarif: Rp 2/meter atau Rp 2.000/kilometer

sumber gambar: yogyatrip.com